Deskripsi Masalah:
Abdul Malik adalah seorang Hafizh Qur’an. Setelah menyelesaikan Sholat Tarawih di sebuah Masjid dekat rumahnya, dia langsung pulang dan tidak ikut tadarus di Masjid itu. Alasannya adalah karena banyak orang yang merokok di sekitar orang yang sedang membaca Al-Qur’an saat tadarusan, terutama di dalam masjid. Meskipun tidak semua orang yang ikut tadarusan adalah perokok, beberapa dari mereka merasa terganggu oleh asap rokok itu.
Pertanyaan:
Bagaimana hukum merokok di dekat orang yang merasa terganggu dengan asap rokoknya?
Jawaban:
Hukum merokok adalah makruh sebagaimana qoul mu’tamad (pendapat paling kuat). Namun, apabila merokok di dekat orang yang merasa terganggu dengan asap rokoknya, maka hukumnya ditafsil atau diperinci:
a. Tetap di hukumi makruh apabila dilakukan dengan wajar sebagaimana orang merokok.
b. Haram, apabila dilakukan dengan tidak wajar, seperti ditiupkan kepada orang atau dihisap dan ditiupkan dengan intensitas yang tidak seperti biasanya. Namun, dianjurkan untuk tidak merokok ditempat yang dapat menggangu kenyamanan orang lain.
Refrensi:
{قرة العين بفتاوى إسماعيل الزين، الصحفة ٢٣٣}
إن شرب الدخان من حيث هو قد اختلف العلماء فيه فأكثرهم علي التحريم وبعضهم قال إنه مكروه كراهية تنزيه وهو معتمد الشافعية لكنهم أجمعوا على أنه قد يعرض له ما يصيّره حراما
Artinya: Merokok pada dasarnya para Ulama’ berbeda pendapat dalam hukumnya, kebanyakan menyatakan haram dan sebagian Ulama’ menyatakan makruh tanzih. Dan ini pendapat yang mu’tamad dalam madzhab Syafi’iyah, namun mereka’ sepakat bahwasanya terkadang ada indikasi yang merubah hukum tersebut menjadi haram.
{الفقه الاسلامي وادلته ج ٤ ص ٢٨٧٠}
إذا استعمل الإنسان حقه على نحو غير معتاد في عرف الناس، ثم ترتب عليه ضرر للغير، كان متعسفاً، كرفع صوت المذياع المزعج للجيران والتأذي به، ٠٠٠٠ الى ان قال ٠٠٠٠٠٠
ففي كل ذلك يعتبر متعسفاً، فيمنع من تعسفه، ويعوض المتضرر عما أصابه من ضرر٠٠٠٠٠٠الى ان قال٠٠٠٠٠٠٠فإن كان الاستعمال معتاداً مألوفاً، ووقع الضرر فلا يعد تعسفاً، ولا يترتب على ذلك ضمان، كالطبيب الجراح الذي يجري عملية جراحية معتادة، ويموت المريض، فلا يضمن. ومثله من يوقد فرناً يتأذى الجيران بدخانه، أو يدير آلة يتضرر الجيران بصوتها المعتاد، فلا ضمان؛ لأن كل ذلك معتاد مألوف
Artinya: “Jika manusia menggunakan haknya seperti biasanya dalam tradisi/kebiasaan, kemudian ternyata menimbulkan bahaya pada yang lain, maka hal itu melampaui batas seperti mengeraskan volume Radio yang dapat mengganggu tetangga dan dapat tersakiti sebab suara tersebut.……..sampai pada ucapan….maka pada semua itu dikategorikan melampaui batas, dan seseorang dilarang melampaui batas, dan mengganti rugi kepada orang yang disakiti atas apa yang telah menimpa dari bahaya tersebut.
…….sampai pada ucapan…….maka apabila penggunaan itu kebiasan yang sudah dianggap biasa dan terjadi dloror, maka tidak dihitung melampaui batas, dan tidak menimbulkan ganti rugi atas hal itu, seperti dokter bedah yang menjalankan praktek bedahnya seperti biasanya, dan orang yang sakit tersebut meninggal, maka tidak ada ganti rugi baginya. Dan seumpama itu adalah seseorang yang menyalakan tungku api yang dapat menyakiti tetangganya disebabkan asap tungku api tersebut, atau memutar alat (menghidupkan mesin) yang dapat menyakiti tetangga dengan suara yang biasanya, maka tidak ada ganti rugi. Karena semua itu adalah kebiasaan yang dianggap biasa atau lumrah”.
{حاشيتان قليوبى وعميرة للشيخ احمد سلامة القليوبي واحمد البرلسي عميرة ج ٣ ص ٩١ ط / دار احياء الكتب العربي}
(ويتصرف كل واحد) من الملاك ( في ملكه على العادة ) ولا ضمان عليه إن أفضى إلى تلف (فإن تعدى) العادة (ضمن) ما تعدى فيه
Artinya: “Dan setiap seseorang yang menggunakan barang miliknya sesuai kebiasaan, dan tidak ada ganti rugi atasnya, meskipun mendatangkan kerusakan. Maka jika melampaui batas dari kebiasaan, maka seseorang mengganti rugi barang yang telah dilampaui batas tersebut”.
{السراج الوهاج ٢٩٨}
ويتصرف كل وَاحِد فِي ملكه على الْعَادة وَإِن تضرر بِهِ جَاره. فَإِن تعدى بِأَن جَاوز الْعَادة فِي التَّصَرُّف ضمن مَا تعدى فِيهِ
Artinya: “Setiap Seseorang menggunakan kepemilikannya sesuai kebiasaan, meskipun dapat menyakiti tetangganya. Jika melampaui batas dengan melewati kebiasaan dalam penggunaannya, maka mengganti rugi dengan apa yang telah dilampaui batas tersebut”.