Lafadz Allahummah (اَللَّهُمَّ) merupakan salah satu lafadz yang sering digunakan untuk memulai do’a kepada Allah. Lafadz ini diartikan dengan “Wahai Tuhanku” atau “Ya Allah”.
Dalam ilmu Nahwu, lafadz ini memiliki beberapa ketentuan i’rab yakni sebagaimana uraian berikut ini.
اَللَّـٰهُمَّ لَفْظُ الْجَلَالَةِ مُنَادَى مَبْنِيٌّ عَلَى الضَّمِّ فِي مَحَلِّ نَصْبٍ مَفْعُولٌ بِهِ لِفِعْلِ النِّدَاءِ الْمَحْذُوفِ، وَالْمِيمُ عِوَضٌ مِنْ حَرْفِ النِّدَاءِ يَا الْمَحْذُوفِ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحِ لَا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الْإِعْرَابِ
اَللَّـٰهُمَّ merupakan lafadz jalalah, munada (sesuatu yang dipanggil), irabnya mabni dhommah, mahal nashob karena jadi maful bih dari fi’il nida’ yang dibuang. Adapun huruf mimnya sebagai pengganti dari huruf يَا nida’ yang dibuang. (Kitab al-Mu’jam al-mufasshol fil I’rab hal. 67).
Sedangkan dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik disebutkan:
وَالْأَكْثَرُ اللَّهُمَّ بِالتَّعْوِيْضِ*** وَشَذَّ يَا اللَّهُمَّ فِي قَرِيْضِ
“Pada umumnya lafadz اَللَّهُمَّ adalah ta’widh (huruf mim sebagai pengganti dari huruf ya’ nida’) dan dianggap syadz (jarang) menuggunakan lafadz يَا اَللَّهُمَّ di dalam sya’ir”
Jadi, huruf mim pada lafadz Allahummah (اَللَّهُمَّ) adalah sebagai pengganti dari huruf يَا nida’ atau panggilan yang berarti “Ya” atau “Wahai”. Lafadz اَللَّهُمَّ sering digunakan sedangkan lafadz يَا اَللَّهُمَّ sebaliknya.
Baca Juga: Inilah Perbedaan Lafadz جَلَسَ dan قَعَدَ Beserta Contohnya
Makna Lafadz Allahummah (اَللَّهُمَّ) Menurut Para Ulama
Menurut para ulama, huruf mim tersebut menambah makna keagungan kepada Allah. Imam Ibnu Zofar mengatakan bahwa huruf mim disana adalah ringkasan dari kumpulan seluruh nama dan sifat-sifat bagi Allah. Beliau berkata:
إِنَّ اْللَّهَ اِسْمٌ لِلذَّاتِ وَالْمِيمُ لِلصِّفَاتِ اْلتِّسْعَةِ وَاْلتِّسْعِيْنَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا إِيْذَانًا بِاْلسُّؤَالِ بِجَمِيعِ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ
“Sesungguhnya lafadz Allah adalah nama untuk Zat (Tuhan) dan huruf “mim” untuk 99 sifat-nya (Asmaul Husna), maka dikumpulkan keduanya sebagai isyarat untuk memohon (kepada-Nya) dengan seluruh nama dan sifat-Nya”.
Bahkan Imam Hasan al-Bashri, seorang ulama dan sufi pada masa kekhalifaan umayyah mengatakan bahwa lafadz اَللَّهُمَّ merupakan pusat berkumpulnya do’a.
أَللَّهُمَّ مَجْمَعُ اْلدُّعَاءِ
“Lafadz Allahummah (اَللَّهُمَّ) adalah kumpulan do’a-do’a”
Orang yang berdo’a dengan menggunakan lafadz Allahumma (اَللَّهُمَّ) maka seakan-akan ia berdo’a dan memanggil Allah dengan seluruh nama dan sifatnya. Hal ini selaras dengan apa yang telah dinyatakan oleh Nadhr bin Syumail:
مَن قَالَ (اللَّهُمَّ) فَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِجَمِيعِ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَكَأَنَّهُ قَالَ: يَا اللَّهُ الَّذِي لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
“Barangsiapa yang mengucapkan lafadz اَللَّهُمَّ (Ya Allah) maka sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan seluruh nama-nama dan sifat-sifat-Nya, seolah-olah ia berkata: ‘Wahai Allah yang memiliki nama-nama yang indah”.