KITABONLINE.net – Berikut ini terjemah syarah warakat tentang pengertian ashlu (أصل), far’u (فرع), dan fiqih (فقه) beserta penjelasannya.
Pengertian Ashlu (أصل)
فَالْأَصْلُ الَّذِيْ هُوَ مُفْرَدُ الْجُزْءِ الْأَوَّلِ، (مَا يُبْنَى عَلَيْهِ غَيْرُهُ)، كَأَصْلِ الْجِدَارِ أَيْ أَسَاسِهِ، وَ أَصْلِ الشَّجَرَةِ أَيْ طَرَفِهَا الثَّابِتِ فِي الْأَرْضِ
Kata ashlu (asal) merupakan bentuk mufrad dari bagian pertama (dari ushul fiqih) yang berarti sesuatu perkara yang dibangun diatas perkara yang lain, seperti asalnya tembok adalah pondasi dan asalnya pohon adalah akar yang menancap di tanah.
Pengertian Far’u (فرع)
وَ الْفَرْعُ الَّذِيْ هُوَ مُقَابِلُ الْأَصْلِ (مَا يُبْنَى عَلَى غَيْرِهِ) كَفُرُوْعِ الشَّجَرَةِ لِأَصْلِهَا، وَ فُرُوْعِ الْفِقْهِ لِأُصُوْلِهِ
Kata فَرْعٌ (cabang) merupakan kebalikan dari kata ashlu yang berarti sesuatu yang dibangun diatas yang lain. Misalnya cabang-cabang pohon dari asalnya (pangkalnya) dan cabang-cabang fiqih dari ushulnya.
Pengertian Fiqh (فقه)
وَ الْفِقْهُ الَّذِيْ هُوَ الْجُزْءُ الثَّانِيْ لَهُ مَعْنًى لُغَوِيٌّ وَ هُوَ الْفَهْمُ، وَ مَعْنًى شَرْعِيٌّ وَ هُوَ مَعْرِفَةُ الْأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ الَّتِيْ طَرِيْقُهَا الْاِجْتِهَادُ.
Kata fiqh (fiqih) merupakan bagian kedua (dari ushul fiqih) yang memiliki makna secara bahasa adalah faham. Sedangkan makna secara syara’ adalah mengetahui hukum-hukum syariat melalui metode ijtihad.
كَالْعِلْمِ بِأَنَّ النِّيَّةَ فِي الْوُضُوْءِ وَاجِبَةٌ، وَ أَنَّ الْوِتْرَ مَنْدُوْبٌ، وَ أَنَّ النِّيَّةَ مِنَ اللَّيْلِ شَرْطٌ فِيْ صَوْمِ رَمَضَانَ، وَ أَنَّ الزَّكَاةَ وَاجِبَةٌ فِيْ مَالِ الصَّبِيِّ غَيْرُ وَاجِبَةٌ فِي الْحُلِّيِّ الْمُبَاحِ، وَ أَنَّ الْقَتْلَ بِمُثَقَّلٍ يُوْجِبُ الْقِصَاصَ وَ نَحْوِ ذلِكَ مِنْ مَسَائِلِ الْخِلَافِ.
Misalnya, mengetahui bahwa niat didalam wudhu hukumnya wajib, sholat witir hukumnya sunnah, niat di malam hari adalah syarat sahnya puasa Ramadhan, zakat dari harta anak kecil adalah wajib, zakat dari perhiasan yang boleh digunakan adalah tidak wajib, membunuh dengan menggunakan benda yang tumpul berlaku qishas, dan contoh-contoh yang lain yang termasuk dalam ketegori masalah khilafiyyah.
بِخِلَافِ مَا لَيْسَ طَرِيْقُهُ الْاِجْتِهَادَ، كَالْعِلْمِ بِأَنَّ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَاجِبَةٌ، وَأَنَّ الزِّنَى مُحَرَّمٌ، وَ نَحْوُ ذلِكَ مِنَ الْمَسَائِلِ الْقَطْعِيَّةِ، فَلَا يُسَمَّى فِقْهًا فَالْمَعْرِفَةُ هُنَا الْعِلْمُ بِمَعْنَى الظَّنِّ
Beda halnya dengan masalah (hukum) yang diperoleh tanpa melalui metode ijtihad. Misalnya, mengetahui tentang hukum sholat 5 waktu adalah wajib, berbuat zina hukumnya haram. Dan contoh lainnya dari masalah qath’iyyah (pasti) maka itu tidak di namakan dengan fiqih. Adapun kata ma’rifat (mengetahui) di sini adalah bermakna dhzan (persangkaan).
Penjelasan
Kata ashlu (asal) murupakan bentuk mufrad dari kata ushul. Secara harfiyah, itu mengacu pada sesuatu yang menjadi dasar bagi hal lain yang dibangun di atasnya, seperti fondasi yang menjadi dasar tembok, atau akar yang berada di dalam tanah sebagai dasar pohon. Sedangkan far’u adalah kebalikan dari kata asal.
Baca Juga: Pengertian Kalam dan Syarat Syaratnya dalam Bahasa Arab
Kata fiqh merupakan ilmu yang berhubungan dengan pengetahuan hukum syar’i melalui metode ijtihad, terutama dalam masalah khilafiyyah (perbedaan pendapat). Misalnya, kewajiban niat dalam wudhu’ merupakan masalah khilafiyyah. Namun, mengetahui kewajiban shalat lima waktu bukanlah bagian dari fiqh, karena ia termasuk dalam kategori masalah qath’iyyah (pasti).