Sudah menjadi hal yang umum, bahwa term “kami” digunakan untuk menunjukkan arti banyak (jama’) atau lebih dari satu. Dalam gramatika bahasa Arab, konsep jama’ dimulai dari hitungan lebih dari dua (tiga keatas), sehingga jika menunjukkan arti dua maka disebut dengan tasniyyah.
Kita tahu bahwa Allah ta’ala itu satu yang tiada duanya, hal ini sesuai dengan firmannya dalam surat al-Ikhlas ayat 1:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah (Muhammad) Bahwa Allah itu Maha Esa
Lantas, mengapa dalam al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman menggunakan kata ganti nahnu (kami) yang seakan akan-akan menunjukkan arti banyak bukan satu. Secara sekilas, ini bertentang dengan firman Allah sendiri sebagaimana dalam surat al-Ikhlas diatas.
Contoh lain misalnya,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya kami-lah yang telah menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (Qs. Al-Hijr: 9)
Baca Juga: Kumpulan Artikel Tentang Belajar Grammar Bahasa Inggris
Untuk menjawab diatas, maka kami kutip dari kitab al-Mu’jam al-Wasiith Juz II hal 907 yang berbunyi:
(نَحْنُ)
ضَمِيْرٌ يُعَبِّرُ بِهِ الِاثْنَانِ أَوِ الْجَمْعِ المُخَيِّرُوْنَ عَنْ أَنْفُسِهِمْ وَقَدْ يُعَبَّرُ بِهِ الوَاحِدُ عِنْدَ إِرَادَةِ التَّعْظِيْمِ
Terjemah:
(Kami)
Yaitu kata ganti (dhomir) yang menunjukkan arti dua atau jama’ (banyak). Namun, ia juga dapat digunakan untuk satu orang ketika dikehendaki penghormatan (ta’dhim).
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa term “kami” (نَحْنُ) tidak hanya menunjukkan arti banyak, melainkan ia juga dapat digunakan sebagai kata ganti untuk mengagungkan diri sendiri atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan مُعَظَّمْ نَفْسَهُ (mengagungkan diri sendiri).
Refrensi:
al-Mu’jam al-Wasiith Juz II hal 907